Nasihat Ulama

Moslem Society of Indonesia-CyberMQ | http://www.cybermq.com
_________________________________ 

Agar Ditolong Allah

Saudaraku, jangan panik jika usaha yang kita lakukan belum menemukan keberhasilan.Jangan heran bila yang kita cita-citakan ditahun kemarin belum tercapai.Karena bisa jadi, apa yang kita inginkan belum saatnya dikabulkan Allah,atau bisa jadi usaha yang kita lakukan belum maksimal.Namun,ada satu hal yang betul-betul perlu kita renungkan,jangan-jangan kita masih berlumur dosa sehingga pertolongan Allah enggan menyapa.


Untuk itu, ada tiga hal yang wajib kita amalkan agar layak ditolong Allah. Itu dikenal dengan 3 T. 

T pertama adalah taubat.
Pertolongan Allah akan tercurah kepada orang-orang yang mau merendahkan diri seraya mengakui kesalahan dihadapan Allah.
Ada empat syarat taubat, diantaranya:
-menyesal untuk tidak mengulangi apa yang telah diperbuat,
-memohon ampun kepada Allah,
-bertekad untuk tidak mengulanginya, dan 
-mengiringinya dengan amal shalih.
Bagi ahli taubat,telah Allah janjikan ketentraman,diberikan jalan keluar, dan dimudahkan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.Salah satu rezeki ini dapat berupa pertolongan Allah.


T kedua adalah taat. Taat
dapat berarti patuh seraya bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah.Siapa pun yang ingin ditolong Allah maka ia harus bersungguh-sungguh meningkatkan ibadah dengan tidak mensia-siakan shalat berjamaah.Disempurnakan dengan amalan sunnah tahajud, dhuha,rawatib, perbanyak sedekah,santuni fakir miskin, biasakan shaum sunnah.Semakin dekat kita dengan Allah,Insya Allah akan semakin dekat pada datangnya pertolongan Allah.


T ketiga adalah tawakal.
Usaha yang kita lakukan, harapan yang kita tekadkan belum tentu sesuai dengan keinginan dan harapan Allah. Karena bisa jadi baik menurut kita,belum tentu baik menurut Allah. Untuk itu menggantungkan diri sepenuhnya pada ketentuan Allah menjadi keharusan.


Saudaraku,
gantungkan semua usaha, harapan semata-mata untuk mencari
keridhaan-Nya. Dengan ridha-Nya diharapkan pertolongan Allah akan segera menyapa.
Wallahu'alam bishawab.

__________________________________

Dibuat pada :25 February 2010 18:16:21

=================================

Moslem Society of Indonesia-CyberMQ | http://www.cybermq.com
_______________________________________

 Salahkah Bercita-cita Menjadi Orang Kaya?

Siapa yang menolak jadi jutawan atau milyarder? Semua orang pasti ingin jadi orang kaya. Laki-laki ingin kaya, perempuan ingin
kaya, orang kampung ingin kaya, dan orang kota pun pasti ingin kaya. Seseorang dengan uang melimpah bisa membeli semua
komoditas yang dibutuhkan. Mau baju bagus, ia bisa membelinya di toko ternama di kotanya. Ingin rumah mewah, ia bisa membeli
rumah di kawasan elite yang cenderung dihuni oleh orang-orang dari lapisan atas. Bagaimana dengan nasib orang miskin?
Jangankan untuk beli baju bagus atau rumah mewah, untuk nasi bungkus saja mereka harus kerja seharian, baru mereka bisa
makan.

Tidaklah salah jika seseorang bercita-cita menjadi orang kaya. Yang salah adalah jika ada yang menyatakan bahwa kekayaan adalah
suatu kemuliaan, dan kemiskinan adalah suatu kehinaan. Tapi sebenarnya, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hambahamba-
Nya. Ironisnya, jika Allah mengujinya dengan memberikan kesenangan-kesenangan, maka ia akan berkata bahwa Allah telah
memuliakannya, sedangkan jika Allah mengujinya dengan membatasi rizkinya maka ia berkata, "Allah telah menghinakanku!" Tipe
orang semacam itu adalah orang yang mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.

Sebagian orang menganggap bahwa menjadi orang kaya adalah mudah, sebab yang sulit adalah menjadi orang kaya yang shalih.
Kalau hanya sekadar kaya, orang bisa mengumpulkan harta kekayaan dan menggunakannya dengan cara apa pun. Tapi, bagaimana
caranya agar harta yang kita miliki ini bernilai "halalan thayyiban" dan "barakah?

Ada satu syarat penting di samping syarat-syarat lainnya agar menjadi orang kaya shalih, yaitu ia harus sabar. Ternyata menjadi
orang kaya itu harus memiliki kesabaran juga. Kalau kita telaah, sepertinya sabar ketika kita sedang pailit akan lebih memungkinkan
daripada sabar ketika kita bergelimang harta. Sebab, ketika kita memiliki harta melimpah, maka akan semakin banyak godaan yang
dapat meruntuhkan benteng kesabaran kita.

Maksud sabar di sini adalah sabar dalam mengharap keridhaan Allah. Identik dengan QS 18: 28, "Dan bersabarlah kamu bersama
dengan orang-orang yang menyerukan Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya: dan janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini: dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas".

Godaan pertama bagi orang kaya biasanya adalah adanya keinginan untuk memperlihatkan kekayaannya, atau lebih dikenal dengan
sebutan pamer. Berbagai cara digunakan agar orang lain tahu bahwa ia memiliki segalanya. Aktivitas pamer dimulai dari
menampakkan aksesori yang bisa dipakai di badan. Kalau memungkinkan, ia akan menggunakan semua perhiasan untuk
melengkapi penampilannya agar terlihat kaya, tak peduli situasi dan kondisi yang ada tidak mendukung. Yang penting orang tahu
bahwa ia adalah seorang yang kaya raya. Jauh sekali dengan sifat Nabi Sulaiman. Beliau orang kaya raya, namun kemuliaannya
sungguh luar biasa, akhlaknya lebih tinggi daripada kekayaannya.

Kekayaan yang melimpah ruah dapat menyebabkan seseorang itu mulia. Sebab, ia menggunakan hartanya di jalan Allah dan
membelanjakannya untuk mencari keridhaan Allah. Dan perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya untuk mencari
keridhaan Allah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan
buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai (QS 2: 265).

Dan sebaliknya, kekayaan juga dapat menyebabkan seseorang menjadi boros, sombong serta merasa ekslusif, dan serakah.
Seorang yang boros membelanjakan hartanya hanya untuk kepuasan nafsunya. Apa pun itu, jika menyangkut kepuasan hatinya, ia
akan kuras seluruh isi kantongnya. Tapi sayangnya, jika hal itu menyangkut kebaikan orang banyak dan bernilai amal, maka ia akan
berpura-pura menjadi orang yang pailit. Intinya, selain menjadi boros, ia juga akan diserang penyakit pelit.

Tidak hanya itu, dengan kekayaan yang dimiliki, seseorang bisa menjadi sombong dan merasa ekslusif. Orang-orang dari lapisan
bawah tidak dapat diterima dalam lingkup pergaulannya. Ia merasa bahwa mereka bukanlah orang yang dapat diajak bicara, sebab
level mereka berada jauh di bawahnya. Dan ia merasa bahwa dialah orang besar yang memenuhi semua kebutuhannya tanpa
bantuan siapa pun.

Dengan adanya perasaan seperti itu, sudah pasti ia akan menjadi serakah. Ia tidak akan merasa puas dengan apa yang sudah ia
dapatkan. Sesudah menjadi orang kaya, ia ingin menjadi lebih kaya lagi, dan kalau bisa, tidak ada seorang pun yang dapat melebihi
kekayaannya, begitulah seterusnya.

Itulah sifat-sifat orang kaya yang tidak sabar, orang kaya yang tidak mengharapkan keridhaan Allah dari kekayaan yang
didapatkannya, dan itulah tipe orang kaya yang tidak shalih. Dengan begitu, bukan berarti Islam mengajarkan pada kita bahwa
menjadi orang miskin itu lebih baik daripada menjadi orang kaya yang tidak shalih. Tapi sebenarnya Islam mengajarkan pada kita
untuk menjadi orang kaya yang shalih, dan menjadi miskin bukanlah suatu hal yang hina, apalagi kalau ternyata kemiskinan itu dapat
menjadikannya seorang yang mulia. Yang lebih buruk adalah, miskin dan tidak shalih. Artinya, dunia dan akhirat tidak didapat.
"Sudah jatuh tertimpa tangga pula", ungkapan itulah yang tepat bagi orang yang tidak mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Sekali lagi, Islam mengajarkan kita untuk menjadi orang kaya. Nabi Muhammad adalah seorang kaya raya, demikian juga para
sahabat, selain kaya mereka juga berprestasi, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Walaupun mereka
kaya, tapi hidup mereka sederhana, intinya menjalankan kehidupan yang proporsional. Bukan saja kebahagiaan dunia yang didapat,
namun akhirat pun tetap menjadi tujuan hidupnya.

Semua kekayaan yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Dan kita sebagai hamba-Nya harus dapat memanfaatkannya. Pertama, kita
mendapatkannya dengan cara yang halal. Kemudian, membelanjakannya dengan cara yang halal juga. Dan yang ketiga, adanya
harapan dari kita, bahwa semua yang telah kita lakukan mendapat ridha Allah SWT.

Kekayaan yang bermanfaat di dunia dan akhirat adalah kekayaan yang barakah yang mempunyai ciri-ciri tertentu.

Pertama, kekayaan tersebut dapat menyebabkan pemiliknya qada‘ah (puas dan merasa cukup). Pemiliknya tidak merasa tersiksa
dan tidak merasa kekurangan. Ia akan menggunakannya untu beramal.

Kedua, kekayaan yang membuat batin pemiliknya tenang. Harta melimpah tidak membuatnya bingung untuk mengelolanya dan tidak
pula menyebabkan rasa was-was untuk kehilangan, sebab ia yakin bahwa semua yang dimilikinya adalah amanah dari Allah SWT.
Dan kapan pun bisa Allah ambil kembali.

Ketiga, pemiliknya menjadi lebih mulia daripada kekayaan yang dimiliki. Seperti halnya Nabi Sulaiman, beliau nabi paling kaya,
namun kekayaannya digunakan untuk ibadah dan maslahat umat. Beliau menganggap, harta bukanlah segalanya di dunia ini, namun
hartanya dapat digunakan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Caranya, harta tersebut dibelanjakan di jalan Allah melalui
zakat, infak, dan sidekah. Sebaliknya, jika kekayaannya tidak barakah, maka pemiliknya tidak akan merasa puas, tenteram, dan yang
lebih parah lagi, ia tergolong manusia yang sangat hina. Maka dari itu, semuanya kembali kepada pribadi masing-masing.
Wallahua‘lam
___________________________________
Dibuat pada :14 January 2010 14:49:27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar